Labels

Nov 27, 2015

Menerima Adalah Satu-satunya kunci

Pada akhirnya,
mengerti bukan lagi sebuah jawaban

karena,
menerima masih menjadi satu-satunya kunci




Pagi. Have a great week a head

Pesan itu muncul di layar hp ku. Seperti juga puluhan sapa lain yang rutin aku terima belakangan ini. Pesan yang sopan, dan positif. Tapi tiap kali menerimanya, aku merasa ingin menjerit. Apa arti semua ini??


Aku memang tak mampu menterjemahkan pesan di balik sapa penuh kesantunan itu. Kepalaku mendesak untuk mencari pesan tersembunyi itu. Tapi bagi hatiku, selama itu pesan dari kamu, maka yang tertulis adalah apa yang ingin disampaikan. 

Aku nyaris bisa memastikan kalau tak ada apa-apa di antara kita. Well, memang sejauh ini tak pernah ada pembicaraan apa-apa. Sikapmu yang santun pun tak mencerminkan apa-apa. Lalu apa masalahku sebenarnya?

Aku menatap layar komputer di hadapanku dengan kosong.

Sejak aku mengenalmu, serasa aku nyaris tak mampu mengenali diriku sendiri. Semua hal yang kuketahui mengenai para pria, tak bisa diberlakukan padamu. Semua cara yang kuketahui bisa menyelamatkanku, tak bisa berlaku untukmu. Tentu saja... kamu bukan manusia. Kamu serigala.

Dan aku, aku hanyalah kelinci yang terjebak. Sadar tak mampu berlari darimu, namun sama sekali tak mau menjadi santapanmu. Aku lelah. Ini permainan yang sama sekali tak cocok untukku.

"Aku tak perlu kartu namamu." begitu katamu dulu, ketika aku mengingatkanmu bahwa kita belum saling bertukar kartu nama. "Aku akan bisa menemukanmu dengan mudah. Selama kamu masih ada di muka bumi ini."

Sayangnya itu benar. Aku sadar betul. Itu benar. Meski kamu (dan juga aku) belum pernah membuktikannya, tapi entah kenapa aku meyakini bahwa apa yang kamu bilang itu benar. Lagi-lagi, aku lah si kelinci yang terperangkap itu.

Kupejamkan mataku. Aku sama sekali tak mengerti. Tiba-tiba di radio kudengar :

...dan kamu hanya perlu terima, dan tak harus memahami dan tak harus berpikir...

Mendadak aku ingin tertawa sekeras-kerasnya. Tak harus mengerti. Hanya perlu menerima. Itu saja.

No comments:

Post a Comment