“Jadi ini lah kamu.”
Suara berat itu terdengar tenang, namun mengintimidasi.
Aku berpaling cepat, dan
seketika mataku menatap si pemilik suara berat itu. Dan itu lah pertama kali aku menatapmu. Wajah tampan klasik yang
mengingatkanku pada gambaran raja-raja jaman dulu. Matamu terlihat tenang.
Terlalu tenang. Sorotnya menampilkan kepercayaan diri yang kuat. Wajah semacam
ini, nampaknya juga cocok berperan sebagai vampire.
Tengkuk ku meremang...
Tengkuk ku meremang...
Dan kamu, si tampan klasik,
mengulurkan tangan. “Hi”
Kusambut uluranmu. Kokoh.
“Yes, it's me. Do you know me before?”
Kamu menggeleng sambil tersenyum
tipis. Senyum yang sungguh mempesona. Perutku mendadak bergolak.“Cuma banyak dengar tentang kamu. Gak pa pa kan?”
“Gak pa pa.”
Sekuat tenaga, bibirku berusaha menyunggingkan senyum, tapi tak urung hatiku perlahan mulai diselimuti resah. Aku merasa terintimidasi. Sungguh aneh. Kamu tidak melakukan apapun, tidak
mengucapkan apapun yang mengancam, tapi aku tahu, sebaiknya aku segera menjauh darimu.
“Sendirian?” Semudah itu kmau merasakan keresahanku. “Tadi aku ketemu beberapa orang dari Indonesia.”
“Iya, aku gak sendiri, dari Indonesia ber 6, tapi dari perusahaanku ber 3.”
“Tapi kamu yang nge-lead?” Kamu menatap lekat, seakan ingin mengupas seluruh sisa kekuatanku.
Dan aku, dengan sisa-sisa kekuatan yang kupunya, aku cuma bisa mengangguk.
Dan aku, dengan sisa-sisa kekuatan yang kupunya, aku cuma bisa mengangguk.
“Yeah... you must be the leader”
Somehow, aku tahu kamu merasakan keresahanku. Sorot mata liarku yang seakan mengharap pertolongan, mungkin dengan mudah bisa kau terjemahkan sebagai ketakutanku. Ya, aku memang takut sama kamu.
"Talk to you later.." pada akhirnya, kalimat yang kutunggu muncul juga. Hatiku berdesir. Sebuah janji. Janji yang kau ucapkan, yang entah bagaimana, aku yakin, kau akan menepatinya.
No comments:
Post a Comment