Labels

Oct 17, 2011

Kamu dan kepala batumu

"Kamu tidak perlu terlibat."

Itu perintah. Aku tahu. Raut mukanya mengeras.

"Tapi dia bilang, ini seharusnya menjadi urusanku." aku sedikit cemas. Pertarungan dua raksasa ini hanya akan membuat posisiku terjepit.


Matanya menggelap. Ia menatapku tajam. "Aku yang menentukan mana yang jadi urusanmu, dan mana yang tidak. Dan apapun itu, sepanjang menyangkut kamu, itu menjadi urusanku."


Mendadak mulutku terasa kering. Dia begitu posesif. Begitu kuat kesan bahwa dia memberi batas tegas untuk segala hal yang menjadi tanggung jawab dia. Aku, salah satunya.

"Baiklah. Aku akan bilang sama dia." Aku menyerah.

"Tak perlu melakukan apapun. Biarkan saja. Aku yang akan bicara padanya."

Ini bukan kabar bagus. Aku tahu dia bisa begitu kejam. Apalagi jika ia merasa garis batas yang sudah ia buat, dilanggar. Aku masih merasa, bahwa sebaiknya aku yang membereskan ini.

Dia menoleh padaku. "Aku bilang, tak usah melakukan apapun. Dia bukan tandinganmu." Dia membaca pikiranku dengan tepat. Aku menelan ludah.

"Aku cuma gak mau kamu ribut sama dia."

"I will if I should."

Aku menghela napas. "Seharusnya, kamu ijinkan aku membereskan ini."

"Dia yang seharusnya membereskan ini. Bukan kamu."

Ya Tuhan, dia begitu keras kepala.

No comments:

Post a Comment