Labels

Sep 22, 2010

Aku Mau Kamu

Aku menatapnya membereskan berkas-berkas dihadapannya. Kulirik jam dinding. 8.30 malam. Sudah hampir 2 minggu, aku selalu pulang jam 9 an malam. Karena dia.

"Makasih ya.." Ia tersenyum manis sambil bangkit dan beranjak ke ruangannya.
Aku tahu, ini melelahkan. Tak hanya bagiku, tapi juga baginya. Tapi situasi mengharuskan kami menjalani ini semua. Sebenarnya, dia bisa memilih jalan yang lebih mudah, yaitu membiarkanku mengatasinya dan dia hanya mengawasi. Toh nyatanya, dia lebih suka berlelah-lelah bersamaku, menjalani ini semua.

"Biar aku saja yang kerjain," aku menawarkan diri padanya suatu waktu yang lalu.

Dia menatapku. "Aku tahu kamu bisa. Tapi, aku juga perlu belajar, supaya aku bisa membantumu."

Dan kemudian, kami berkutat di balik timbunan berkas-berkas itu. Bersama. Beruntung, selain punya senyum manis dan mata seteduh telaga, dia juga dikaruniai otak yang pintar. Meski hari-hari pertama aku harus berjuang menjelaskan padanya, tapi kurang dari seminggu, dia mulai bisa mengimbangiku.

"Maaf ya, kalau ngerepotin. Seharusnya Management tidak menunjuk aku jadi bossmu." Katamu suatu kali.

Aku tersenyum. "Bapak pintar kok.."

"Tapi seharusnya kamu bisa menyelesaikan lebih awal kalau kamu punya boss yang lebih berpengalaman."

Aku tak mau. Aku mau kamu yang jadi bossku. Meski untuk itu aku harus pulang malam selama hampir 2 minggu, meski untuk itu aku harus menyelesaikan pekerjaanku lebih lambat dari seharusnya. Tapi, aku bersamamu, Dan itu lebih penting dari apapun.







No comments:

Post a Comment