Labels

Mar 28, 2018

Artimu

Langit sudah luruh. Dinding-dinding kaca hanya memantulkan gelap. Hitam. Dan aku terseret di kegelapan itu. Memungut satu demi satu kenangan tentang mu. Ini menjadi kegiatan rutinku belakangan ini. Mengingat kembali dan merasakan kembali.


Hari di mana kamu menjabat tanganku, adalah hari di mana aku mencatat sebuah titik penting dalam hidupku. Keberadaanmu di lingkaran langkahku terus berlanjut dengan hari-hari, yang dulu serupa teror bagiku. Lalu ketika akhirnya kita terpisah, ratusan pesan menjembatani jarak kita. Juga menjembatani hati kita.

"Aku suka anak-anak" katamu, ketika kita sedang membicarakan mengenai musik. Dan aku tergagap. Mendadak tak paham bagaimana menanggapi informasi tak berujung pangkal semacam ini.

Bukan sekali dua, kamu memberikan informasi mengenai dirimu. Informasi yang sebenarnya tak pernah kutanya. Dan kapan di mana bagaimana kamu memberikan informasi-informasi itu, sungguh tak biasa.

Tapi, bicara tentang kamu, memang tak ada yang biasa. Caramu merasuki hidupku, caramu menjerat hati orang-orang terdekatku... tak ada yang biasa. Dan aku harus mengakui bahwa aku terpikat. Padamu, kuletakkan jaminan rasa amanku. Padamu, kuletakkan beban yang bahkan tak perlu kujelaskan. Dan kamu menerima begitu saja. Tanpa tanya.

Tapi aku sulit menterjemahkan artimu. Kamu yang begitu kuat, yang bisa meniadakanku. Kamu, yang diam-diam begitu menakutkanku. Kamu, yang diam-diam kubisikkan dalam doa-doa malamku.

Untuk malam ini, biarkan aku hanya merindukanmu. Merindukan jaminan rasa aman darimu. Merindukan sorot mata seteguh karang milikmu. Malam ini, ijinkan aku bersandar pada kenangan tentang hari-hari bersamamu. Untukku mendapatkan kekuatan, agar besok aku mampu kembali melangkah maju.

No comments:

Post a Comment